Ketentuan Hukum Shalat Qabliyah dan Ba’diyah Dhuhur atau Jumat

deboaberab.blogspot.com - Ada pertanyaan tentang basic hukum shalat qabliyah dan badiyah Dhuhur atau Jumat di hari Jumat. Bahwa shalat qabliyah Dhuhur dan shalat ba’diyah Dhuhur di hari Jumat jelas ada basic hadits dan fiqihnya. 

Penjelasan didalam mazhab Syafi’iyah sebagai berikut. Pertama, andaikata shalat qabliyah Dhuhur dan shalat ba’diyah Dhuhur itu bukan sehabis melakukan shalat Jumat, maka telah maklum. Shalat qabliyah Dhuhur dan shalat ba’diyah Dhuhur merupakan golongan shalat sunnah rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengiringi atau menyertai shalat fardhu lima waktu. Shalat sunnah rawatib ini ada dua macam: shalat sunnah rawatib yang muakkad (sangat dianjurkan), dan shalat sunnah rawatib ghairu muakkad (anjurannya tak sekuat yang muakkad).

Shalat sunnah rawatib ada 18 (delapan belas) rakaat, bersama rincian: 10 (sepuluh) rakaat adalah shalat sunnah rawatib muakkad, dan 8 (delapan) rakaat adalah shalat sunnah rawatib ghairu muakkad. Shalat sunnah rawatib yang muakkad, yaitu: (1) dua rakaat sebelum shalat Dhuhur; (2) dua rakaat sehabis shalat Dhuhur; (3) dua rakaat sehabis shalat Maghrib; (4) dua rakaat sehabis shalat Isya'; dan (5) dua rakaat sebelum shalat Subuh. Adapun shalat sunnah rawatib ghairu muakkad ada delapan, yaitu: (1) dua rakaat tambahan dari empat rakaat sebelum shalat Dhuhur; (2) dua rakaat tambahan dari empat rakaat sehabis shalat Zhuhur; dan (3) empat rakaat sebelum shalat Ashar. 

Dasar hukumnya berikut didalam al-Muhadzdzab fî Fiqh al-Imâm asy-Syâfi'î, Juz I, halaman 83:

فأما الراتبة فمنها السنن الراتبة مع الفرائض، وأدنى الكمال منها عشر ركعات غير الوتر، .... والأصل فيه ما روى ابن عمر رضي اللّٰه عنهما قال: صليت مع رسول اللّٰهﷺ قبل الظهر سجدتين وبعدها سجدتين وبعد المغرب سجدتين وبعد العشاء شجدتين، وحدثني حفصة بنت عمر رضي اللّٰه عنها أن رسول الله ﷺ كان يصلي سجدتين خفيفتين إذا طلع الفجر. والأكمل أن يصلي ثماني عشرة ركعة غير الوتر: ركعتين قبل الفجر، وركعتين بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء؛ لما ذكرناه من حديث ابن عمر رضي اللّٰه عنه، وأربعا قبل الظهر وأربعا بعدها؛ لما روت أم حبيبة رضي اللّٰه عنها أن النبي ﷺ قال:” مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعَ بَعْدَهَا حُرِّمَ عَلَى النَّارِ”؛ وأربعا قبل العصر؛ لما روى علي بن أبي طالب كرم اللّٰه وجهه أن النبي ﷺ كان يصلي قبل العصر أربعا، يفصل بين ركعتين بالتسليم على الملائكة المقربين والنبيين ومن معهم من المؤمنين. والسنة فيها وفي الأربع قبل الظهر وبعده أن يسلم من كل ركعتين، .... 

Artinya: ”Adapun shalat rawatib di antaranya sunnah-sunnah rawatib bersama shalat fardu, minimal sempurnanya ada 10 rakaat tidak cuman witir, yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat setelahnya; dua rakaat sehabis Maghrib; dua rakaat sehabis Isya’; dan dua rakaat sebelum Subuh.

Dasar landasannya adalah hadits riwayat Ibn ‘Umar r.a., ia berkata: ’Aku shalat bersama Rasulullah ﷺ sebelum Dhuhur dua kali sujud (dua rakaat) dan setelahnya dua kali sujud (dua rakaat), dan sehabis Maghrib dua kali sujud (dua rakaat), dan sehabis Isya’ dua kali sujud (dua rakaat)” (HR al-Bukhari Muslim). 

Dan telah mengumumkan kepadaku Hafshah puteri ‘Umar r.a., ’Bahwa Rasulullah ﷺ pernah shalat dua kali sujud (dua rakaat) yang ringan pada selagi selagi fajar (Subuh)’. Dan yang sempurna, shalat rawatib delapan belas rakaat tidak cuman Witir, yaitu: dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sehabis Maghrib, dan dua rakaat sehabis Isya’, berdasarkan hadits riwayat Sayidina ‘Umar r.a. di atas, dan empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sehabis Dhuhur, dikarenakan hadits riwayat Ummu Habibah r.a. bahwa Nabi SAW. bersabda: ‘Barangsiapa yang melindungi shalat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka ia diharamkan masuk neraka’ (HR Ahmad, at-Tirmîdzî, Abû Dâwud, an-Nasâ’î dan Ibn Mâjah); dan empat rakaat sebelum Asyar, berdasar hadits riwayat Sayidina ‘Ali r.a., ’Bahwa Nabi SAW shalat sebelum Asyar empat rakaat bersama dipisah salam kepada para malaikat, para Nabi dan kaum mukmin’ (HR. at-Tirmidzî). 

Dan tuntunan sunnahnya didalam shalat ini dan empat rakaat sebelum dan sehabis Dhuhur adalah salam pada tiap tiap dua rakaat, sebagaimana hadits riwayat ‘Ali r.a. di atas, bahwa Nabi SAW memisah di antara dua rakaat bersama salam.” Kedua, shalat sunnah qabliyah Jumat ada dasarnya, termasuk shalat sunnah ba’diyah Jumat andaikata shalat Jumatnya sah termasuk ada dasarnya, didalam Hâsyiyat al-Bâjûrî ‘alâ ibn Qâsim al-Ghazî, Juz I, halaman 132:

والجمعة كالظهر فيما يسن لها، فيسن قبلها أربع وبعدها أربع، لخبر مسلم: إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل قبلها أربعا وبعدها أربعا، وخبر الترمذي أن ابن مسعود كان يصل قبل الجمعة أربعا وبعدها أربعا. والظاهر أنه بتوقيف من النبي ﷺ. ومحل سن البعدية للجمعة إن لم يصل الظهر معها، وإلا قامت قبلية الظهر مقام بعدية الجمعة، فيصل قبلية الجمعة ثم قبلية الظهر ثم بعديته، ولا بعدية للجمعة حينئذ. 

Artinya: ”Shalat Jumat itu sebagaimana shalat Dhuhur: disunnahkan empat rakaat sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya, berdasarkan hadits Muslim, ’Bila keliru seorang kalian shalat Jumat maka shalatlah sebelumnya empat rakaat dan setelahnya empat rakaat’, dan hadits at-Tirmidzi ’Bahwa Ibn Mas’ud shalat sebelum Jumat empat rakaat dan setelahnya empat rakaat’. 

Yang jelas bahwa shalat berikut berdasarkan saran dari Nabi SAW. Posisi sunnah ba’diyah Jumat tersebut, andaikata tidak shalat Dhuhur bersama Jumat itu. Bila shalat Dhuhur sehabis shalat Jumat tersebut, maka qabliyah Dhuhur tempati posisi ba’diyah Jumat, agar shalat qabliyah Jumat, lantas qabliyah Dhuhur lantas ba’diyahnya Dhuhur, dan tidak ada ba’diyah Jumat ketika demikian.” Ketiga, andaikata yang dimaksud bersama shalat sunnah qabliyah dan shalat sunnah ba’diyah Dhuhur sehabis melakukan shalat Jumat, maka selamanya disunnahkan. 

Dalam hal ini, shalat Dhuhur yang harus dilakukan sehabis shalat Jumat, dikarenakan shalat Jumatnya tidak sah, dikarenakan tidak memenuhi syarat keabsahannya, maka shalat sunnah qabliyah Jumat tidak mampu menggantikan shalat sunnah qabliyah Dhuhur. Setelah shalat Jumat berikut tidak ada shalat ba’diyah Jumat. 

Dalam persoalan ini, sehabis shalat Jumat yang tidak memenuhi keabsahannya, segera disunnahkan shalat qabliyah Dhuhur lantas shalat Dhuhur, setelah itu shalat ba’diyah Dhuhur. Dalilnya sebagaimana berikut di atas dan Nihâyat az-Zain, halaman 98: 

والجمعة كالظهر فلها أربع قبلية وأربع بعدية، إن كانت مغنية عن الظهر، فإن وجب الظهر بعدها، فلا بعدية لها. وللظهر بعدها أربع قبلية وأربع بعدية، وحينئذ تقع القبلية التي صلاها قبل الجمعة نفلا مطلقا، ولا تغني عن قبلية الظهر. 

Artinya: ”Shalat Jumat itu sebagaimana shalat Dhuhur, maka membawa empat rakaat sunnah qabliyah dan empat rakaat sunnah ba’diyah, andaikata shalat Jumatnya telah memadai (sah) tanpa shalat Dhuhur. Akan tetapi, terkecuali harus shalat Dhuhur sehabis shalat Jumat tersebut, maka tidak ada shalat sunnah ba’diyah bagi shalat Jumatnya. 




Dan bagi shalat Dhuhur (yang harus dilakukan tesebut) membawa shalat sunnah qabliyah empat rakaat dan sunnah ba’diyah empat rakaat, dan didalam keadaan demikian, shalat sunnah qabliyah yang dilakukan sebelum shalat Jumat berikut statusnya jadi shalat sunnah mutlak, dan tidak memadai (tidak bisa) menggantikan shalat sunnah qabliyah Dhuhur.” Menjadi jelas ketetapan tentang shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat; ada empat rakaat masing-masing didalam shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat itu. 

Dua rakaat didalam qabliyah dan dua rakaat didalam ba’diyah Dhuhur/Jumat itu adalah shalat sunnah rawatib muakkad; dua rakaat selebihnya didalam shalat qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat merupakan golongan sunnah rawatib ghairu muakkad. Wallahu a’lam bish-shawwâb.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/123542/ketentuan-hukum-shalat-qabliyah-dan-ba-diyah-dhuhur-atau-jumat
Edit @hakimlfc13

Komentar

Enjoy journey, you is the best ☻